Skip to content

Tantangan RMP Ajak Yang Benci Koperasi Masuk Koperasi

USAI mengikuti bimbingan teknis (Bimtek) dan Rapat Kerja Usaha para manejer Koperasi RMP Indonesia Mandiri kabupaten dan kota se Sulteng mengikuti pelatihan perkoperasian. Kegiatan ini digelar selama dua hari (11-12 Februari 2022) di Hotel Parama Su Palu.

Koperasi RMP Indonesia Mandiri menggandeng Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sulteng sebagai narasumber pelatihan. Materi pelatihan yang diberikan kepada manejer yakni Perundang-undangan di bidang perkoperasian, Fungsi dan peran koperasi, Pengawasan, Laporan keuangan, Permodalan koperasi dan pengembangan usaha, dan Pengembangan diri (psikolog).

Pelatihan dibuka oleh kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sulteng yang diwakili Kepala UPT Pelatihan Koperasi, Marjan Maguna. Dalam sambutannya Marjan Maguna mengatakan soal tantangan bagi koperasi baru seperti Koperasi RMP Indonesia Mandiri.

Tantangan itu adalah sikap apatisme masyarakat terhadap koperasi. “Sekarang masyarakat sulit diajak masuk koperasi, karena koperasi telah jauh dari prinsip-prinsip perkoperasian,” kata Marjan.

Lanjut Marjan, kondisi tersebut menjadi tantangan bagi Koperasi RMP Indonesia Mandiri. “Koperasi RMP harus mendobrak kondisi ini, ajak masyarakat yang benci dengan koperasi bisa sadar, paham hingga mau masuk menjadi anggota koperasi,” katanya.

Karena itu diperlukan pengetahuan perkoperasian terhadap manejer koperasi. Pengetahuan diperoleh melalui pelatihan seperti yang digelar Koperasi RMP Indonesia Mandiri. Pelatihan sangat penting karena membentuk koperasi, mengelola koperasi, dan mengawasi koperasi perlu pelatihan.

“Itulah mengapa pemerintah terus mengalokasikan anggaran untuk pelatihan perkoperasian, ” kata Marjan.

Di bagian lain Marjan berpesan kepada para manejer koperasi RMP kabupaten dan kota se Sulteng agar jangan merasa berjalan di atas karpet. Sebab nantinya di lapangan akan menghadapi banyak cobaan. Hal itu harus dijadikan sebagai tantangan bagi seorang manejer koperasi.

“Di sinilah pentingnya ilmu (perkoperasian) yang cukup serta akhlak dan moral yang kuat. “Hal ini sangat penting karen ada tiga penyakit dalam koperasi yakni kurang iman, kurang pengetahuan, dan kurang disiplin,” katanya.(rmp)